Monday, December 22, 2008

SEPPS: SISI LAIN PENYEBAB LONJAKAN HARGA
Oleh:
Muhammad Ishak *)

Dalam logika berfikirnya para ahli ekonomi, harga itu tercipta sebagai akibat dari adanya kesepakatan antara pembeli (konsumen) dan penjual (produsen/penjual) untuk suatu jenis barang tertentu. Jika logika seperti ini yang kita gunakan untuk mengenali masalah gejolak harga di pasar, maka memahami perilaku si pembeli/konsumen dan si penjual/produsen/pedagang sebagai pihak yang bermain di pasar dan sekaligus pencipta harga di pasar, adalah sesuatu yang urgen sifatnya untuk dibicarakan selain membicarakan aspek-aspek ekonomi secara fisik seperti kelangkaan barang di pasar dan efek pasar global terhadap pasar lokal, dan lain sebagainya. Alur logika para ahli ekonomi yang mengutamakan pada pendekatan berbasis pasar menyatakan bahwa naiknya harga suatu komoditas/barang terjadi manakala jumlah permintaan yang diminta oleh si pembeli/konsumen lebih besar dibanding jumlah barang yang tersedia di pasar untuk memenuhi permintaan si pembeli tersebut atau terjadi jika jumlah barang yang siap untuk dijual tetapi tidak ada penjual yang mau menjualnya alias menumpuk barang tersebut untuk tujuan tertentu si penjual. Namun, logika para ahli ekonomi itu, pun masih perlu juga kita kaji ulang guna mencari sebuah solusi yang paling efektif untuk meredam lonjakan harga di pasar atas suatu barang tertentu tersebut.

Solusi yang Tidak Solusif
Jika diamat amati, kajian masalah gejolak harga di pasar oleh para ahli ekonomi, akan sangat didominasi oleh aspek-aspek ekonomi yang pada kenyataannya tidaklah selamanya harus demikian. Para ahli ekonomi mencoba untuk menginventarisir beberapa penyebab bergejolaknya harga di pasar, katakanlah seperti menghilangnya barang di pasar seperti dalam kasus kacang kedelai, minyak goreng, minyak tanah, dan lain sebagainya. Kalau inilah kondisinya, pertanyaannya adalah apa betul barang yang menghilang di pasaran itu dikarenakan tidak dihasilkan lagi oleh yang pihak menghasilkan/produsen. Atau, tidak adanya barang di pasar lebih dikarenakan oleh sebab lain seperti penumpukan di suatu lokasi dan oleh pihak tertentu? Ini merupakan permasalahan-permasalah yang ada di seputar diri para penjual/produsen. Apa betul kelangkaan kacang kedelai di pasar dikarenakan negara paman sam sebagai salah satu negara pemasuk kacang kedelai mengalami gagal panen yang berakibat pada naiknya harga kedelai hingga pada titik yang sulit dijangkai oleh konsumen yang memiliki keterbatasan dana atau naiknya harga kedelai dikarenakan oleh faktor lain seperti yang pernah dilansir oleh salah satu media cetak lokal bahwa kedelai ditumpuk di satu lokasi oleh pihak penjual (Medan Bisnis, 26 Januari 2008).
Masalah gagal panen, jika inilah penyebab langkanya kacang kedelai di pasar yang menjadi penyebab tingginya harga di pasar, maka sama artinya dengan adanya suatu mekanisme alam yang mulai kurang bersahabat dengan kebutuhan manusia atas kedelai. Jika kelangkaan kacang kedelai itu dikarenakan adanya penumpukan di satu tempat tertentu, maka sama artinya bahwa proses distribusi yang ada tidak bersahabat dengan kebutuhan publik. Namun, jika kelangkaan kedelai itu dikarenakan tidak maunya pemiliki kedelai (pedagang/pengusaha) untuk menjual kedelainya dalam jangka waktu tertentu dengan harapan agar harga melonjak naik sehingga keuntungan yang mereka dapatkan bisa mencapai maksimal, maka ini sama artinya dengan bahwa pedagang/pengusaha itu tidak bersahabat dengan kepentingan publik atas kedelai tersebut. Lantas selanjutnya, jika kondisi yang ketiga itulah yang terjadi (pedagang tidak mau menjual kedelai yang dimilikinya), maka para ahli ekonomi tidak memiliki suatu analisis yang logis guna mencegah perilaku/tindakan para pengusaha kita ini tadi dan bahkan para ahli ekonomi cenderung berdalih bahwa kondisi ini bukan menjadi areal kajiannya dan bahkan mendiskreditkan pihak-pihak lain. Kasus yang seperti ini tidak saja terjadi untuk komoditas kedelai, tetapi juga untuk komoditi-komoditi penting lainnya seperti minyak tanah yang juga telah dilansir oleh salah satu media cetak lokal bahwa bahwa ada pengusaha/produsen yang menumpuk minyak tanah dengan harapan akan memperoleh laba yang lebih besar lagi atau menjual minyak tanah ke lokasi-lokasi yang secara ekonomi lebih memberikan keuntugan yang lebih besar baginya.
Pertanyaan selanjutnya adalah salahkah logika para pedagang/produsen kita ini. Secara ekonomi, dapat kita pastikan bahwa itulah pedagang yang sukses kata para ahli ekonomi. Sebab hal ini sejalan dengan logikanya para ahli ekonomi yaitu bagaimana caranya mendapatkan keuntungan secara maksimal yang dalam kajian ekonomi, sikap si pedagang/konsumen tersebut merupakan sikap yang ada dalam makna homo economicus yaitu bahwa manusia adalah makhluk ekonomi yang secara teus menerus harus menggunakan rasionalitasnya dalam bersikap. Oleh karenanya, maka sikap yang ahir dari logika si pedagang/produsen tadi adalah benar adanya. Lantas, bagaimana pula dari sisi si pembeli/konsumen yang tidak kalah pentingnya dengan si pedagang/produsen tadi. Si konsumen juga memiliki logika yang sejalan dengan logikanya para ahli ekonomi yaitu bagaimana agar konsumsi yang mereka lakukan dapat memberikan kepuasan yang paling maksimal bagi diri mereka. Logika inilah yang tanpa disadari oleh para konsumen akan memposisikan diri mereka ke posisi yang lebih lemah dibanding posisi si produsen walaupun ke duanya semestinya saling mempengaruhi dan saling memiliki kekuatan sendiri-sendiri. Sebab, logika yang “ maksimalkan kepuasan “ itu sangat mudah dipermainkan oleh si pedagang/ produsen. Artinya, kepuasan yang maksimal yang menjadi target si konsumen itu merupakan variabel yang membuat si konsumen merelakan dirinya tergantung ada keputusan-keputusan si pedagang/produsen. Padahal, jika si konsumen mau saja sedikit berfikir, ketergantungan dengan si produsen ini dapat dihindari. Ketergantungan ini yang membuat si pedagang/produsen berani menimbun barang-barang dagangan yang dimilikinya untuk ditangguhkannya ke pasar. Di sinilah sisi-sisi yang kurang bahkan tidak diperhitungkan/dikaji oleh para ahli ekonomi kita. Sehingga, inventarisasi penyebab bergejolaknya harga suatu komoditas, menjadi relatif kurang memberikan manfaat bagi pencarian solusi atas masalah gejolak harga di pasar.

Simpulan
Jika melihat lebih jauh lagi, terindikasi oleh kita bahwa apa-apa yang disarankan oleh para ahli ekonomi, jika diterapkan, akan memiliki dampak seperti yang dibicarakan di atas. Memang benar bahwa tidak ada gading yang tidak retak, tetapi mengapa keretakan gading itu terjadi dengan bentuk yang sama dari satu gading dengan gading lainnya. Artinya, mengapa masalah-masalah ekonomi seperti kelangkaan barang di pasar mengakibatkan atau berbuah pada hal-hal yang sama yaitu merugikan banyak pihak atau masyarakat luas yang tidak memiliki modal yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya atas komoditas yang bergejolak tadi harganya. Padahal, sasaran akhir dari suatu kebijakan ekonomi, semestinya berujung pada peningkatan masyarakat luas bukan pada segelintir masyarakat saja. Inilah sisi kajian yang lain yang lebih layak untuk dikaji oleh para ahli ekonomi atas masalah gejolak harga di pasar tersebut.



*) Staf Ahli Badan Penelitian dan Pengembangan Prov. SUMUT,
Peneliti pada Sumatera Economic and Public Policies Study
dan Staf Pengajar FE UNIMED-Medan
Email: muhishak67@yahoo.com
Izack_mis@yahoo.com

No comments: